Minggu, 08 Agustus 2010

Kekerasan dalam Dunia Pendidikan




DARI : MALUKU

Guru SMP Lakukan Kekerasan terhadap Siswa
Seorang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Sibolga mendapat protes keras dari orang tua murid. Pasalnya, guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berinisial R itu melakukan tindak kekerasan terhadap seorang murid di sekolah tersebut.


Akibatnya, Dedi Sanjaya Manalu (13) yang menjadi korban pemukulan tersebut mengalami pusing dan sakit pada bagian belakang telinganya. Menurut siswa kelas satu SMP Negeri 1 Sibolga, rasa pusing dan sakit tersebut akibat ditampar atau ditempeleng oleh R.


Perbuatan oknum guru itu akhirnya diketahui oleh orang tua murid. Mereka protes dan meminta kepada pihak sekolah memberikan sanksi tegas kepada R yang telah melakukan kekerasan terhadap murid.


Kepada Global, Dedi Sanjaya Manalu yang ditemui di kediaman orangtuanya di Kampung Kelapa, Sibolga, Rabu (3/2) menuturkan, peristiwa pemukulan itu terjadi Selasa (26/1) lalu, saat seluruh siswa sedang berbaris di halaman sekolah sebelum masuk ke dalam kelas.


Menurut Dedi, saat itu dia mengatakan "Pie kabare" kepada rekannya, Andri. Karena dianggap lucu, perkataan itu langsung direspons Andri dengan tertawa. Melihat Dedi tersenyum saat berbaris, R segera memerintahkan Dedi berdiri di depan barisan. R lalu menampar pipi kanan dan kiri Dedi secara berulang di depan teman-temannya yang sedang berbaris.


Tidak sampai di situ, Dedi pun disuruh berdiri di depan tiang bendera, sementara murid lainnya dipersilakan masuk ke ruang kelas untuk mengikuti pelajaran. Karena tidak tahan dijemur diterik panas matahari, Dedi pun beranjak dan berniat masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran setelah setengah jam berdiri di halaman sekolah. Mengetahui Dedi beranjak dari halaman sekolah, R yang kebetulan mengajar di kelasnya tidak mengizinkan masuk.


"Saya baru dipersilakan masuk jika orang tua saya datang menghadap ke sekolah," tutur anak yatim yang sudah ditinggal ibunya ini.


Mengetahui hal tersebut, Almen Manik (43) alias Kancil, spontan marah dan tidak terima atas perbuatan tersebut.


R saat dikonfirmasi membenarkan penamparan yang dilakukannya terhadap Dedi Sanjaya Manalu. R terpaksa menampar Dedi karena perlakuannya dianggap tidak mematuhi perintah guru.


"Saat itu habis menyanyikan lagu wajib atau lagu nasional, saya melihat Dedi asyik tertawa, kemudian saya tegur dan nasihati. Dedi bukannya mengerti, malah asyik saja tertawa seolah-olah teguran itu bukan ditujukan kepadanya," kata R.


Dari : Bandung


Jumat, 05/03/2010 - 14:54

SOREANG, (PRLM).- Keluarga Dini Nurwulan (16), siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Karya Pembangunan (KP) di Jl. Terusan Kopo Margahayu, melaporkan tindakan kekerasan fisik yang dialami putrinya ke Polsek Margahayu, Jl. Taman Kopo Indah, Margahayu. Tindakan kekerasan yang dilaporkan tersebut berupa tendangan di bagian ulu hati oleh IM, satpam sekaligus penjaga kantin SMA KP.

Ditemui di kediamannya di Kp. Ceuri RT 1 RW 13 Desa Katapang, Kec. Katapang, Kab. Bandung, Jumat (5/3), ayah Dini, Cucu Subarna (41), bercerita mengenai insiden yang dialami putrinya. Menurut dia, kejadian bermula saat Dini meminta ijin untuk membeli pembalut wanita ketika jam pelajaran berlangsung, pukul 09.30 WIB.

"Anak saya meminta ijin kepada guru yang bernama Niknik di dalam kelas dan diijinkan. Lalu dia keluar dan meminta ijin kepada IM agar dibukakan pintu gerbang, tapi yang terjadi malah IM tidak memberikan kunci. IM kemudian mendorong kepala anak saya sebanyak tiga kali dan menendangnya di bagian ulu hati," kata Cucu.

Akibat kejadian tersebut, lanjut Cucu, anaknya kini sering mengeluh sakit di bagian ulu hati. Keluarga Dini kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Margahayu, Senin (1/3) pukul 15.00 WIB.

"Lalu anak saya terjatuh ke belakang dan kepalanya terbentur. Ketika sadar, dia menelefon dan minta dijemput," ujar Cucu.

Ibu Dini, Lilis Isnawati (34), kemudian menjemput Dini di ruang guru. "Saat itu anak saya cuma menangis, dia baru cerita tentang kejadian yang menimpanya waktu sampai di rumah," kata Lilis.

Keesokan harinya, Dini masuk seperti biasa ke sekolah. "Namun perlakuan yang didapatkan berupa sindiran dan pengucilan yang diterimanya di sekolah membuat anak saya kapok, akhirnya sampai hari ini dia hanya di rumah," ucapnya.

Pihak perwakilan keluarga, sambung Cucu, datang ke sekolah pada Rabu (3/3). "Kami kecewa karena malah diusir dan ada salah seorang guru yang mengatakan Dini bisa dikeluarkan dari sekolah," kata Cucu.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Cucu mengatakan bahwa ia tidak ikhlas jika anaknya kembali bersekolah di SMA KP. "Lebih baik anak saya di rumah saja daripada mendapatkan perlakuan seperti itu. Inginnya memindahkan sekolah Dini, tapi kami belum punya biaya," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya ketika ditemui wartawan di SMA KP, Jumat (5/3) sekitar pukul 10.30 WIB, menolak membukakan pintu gerbang. Hingga satu jam kemudian, pihak sekolah juga tidak memberikan keterangan resmi sehubungan dengan kejadian ini.

Kapolres Bandung Ajun Komisaris Besar Imran Yunus melalui Kapolsek Margahayu Ajun Komisaris Edi Elizon Syam mengatakan, masih melakukan proses pemeriksaan terhadap kasus ini. "Kami sudah memanggil penjaga sekolah yang dilaporkan, bekas kekerasan fisik terhadap korban juga sulit ditemukan, sekarang kami sedang menunggu hasil visum dari RS Lanud Sulaeman," katanya. (A-175/kur)***